|
Tuhan, selamatkan Gaza
Dubes Palestina: Tak ada perang di Gaza, yang ada pembantaian
16/07/2014 in Internasional
“Tidak ada perang di Jalur Gaza saat, yang ada adalah pembantaian.” Demikian ditegaskan Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N Mehdawi, Selasa (15/7/2014) menggambarkan situasi terakhir konflik Israel-Palestina di Jalur Gaza . Hingga hari ini, korban tewas telah mencapai 200 orang.
Sementara 1.000 lebih lain luka-luka dalam delapan hari terakhir serangan militer Israel di Jalur Gaza. Israel mengatakan serangan tersebut untuk menghentikan militan Hamas menembakkan roket ke wilayah Israel. Kekerasan terbaru itu berawal saat tiga orang remaja Yahudi diculik dan kemudian ditemukan tewas pada Juni lalu.
Israel menuding Hamas sebagai pelaku penculikan dan pembunuhan itu. Tak lama setelah itu, seorang pemuda Palestina diculik dan diduga telah dibakar hidup-hidup oleh orang-orang yang diperkirakan berasal dari kelompok Yahudi garis keras.
Terkait situasi terbaru di Palestina itu, wawancara Kompas TV, Timothy Marbun, mewawancarai Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N Mehdawi, Selasa (15/7/2014). Berikut adalah petikan wawancara tersebut sebagaimana dimuat Kompas.com.
Media tidak selalu bisa menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi di Palestina. Apa kondisi Gaza yang tidak terlihat di media?
Yang tidak kita lihat, orang selalu tertarik dengan angka. Kita sudah berhitung berapa angka martir di sana. Sudah lebih dari 200 orang, dan bangunan yang hancur juga sudah mencapai 200 lebih, lebih dari 5.000 warga tidak bisa tidur tadi malam. Ada lebih dari 1.000 orang terluka, jauh melebihi kemampuan fasilitas kesehatan kami. Masalah dengan kamera adalah tidak mampu menunjukkan bagaimana gambaran besarnya.
Contohnya, menggambarkan Gaza. Gaza hanyalah sebidang tanah kecil. Lebar 10 km dan panjangnya 35 km. Jadi, hanya sekitar 350 meter persegi, jauh lebih kecil dari Jakarta. Itulah Gaza. Saat dimasuki 45.000 personel pasukan Israel, yang menguasai darat, laut, dan udara, ditambah lagi 2.000 pesawat tempur F-16 atau F-17 yang menjatuhkan bom di daerah kecil dengan penduduk 1,8 juta, maka dimanapun bom itu dijatuhkan, pasti warga yang jadi korban.
Seperti anda ingin memukul seseorang yang botak, dimanapun anda memukulnya, pasti akan mengenai kulit kepalanya. Lalu, kondisi ini dibuat seakan terlihat seperti ada perang antara dua pasukan yang seimbang. Bukan itu keadaannya. Di Gaza, yang ada hanyalah penduduk sipil. Kami tidak ada tentara. Kami bahkan hampir tidak memiliki pasukan kepolisian untuk keamanan internal. Kami tidak memiliki pasukan yang bisa bertempur melawan tank dan persenjataan berat dari pasukan Israel, pasukan terbesar dan terbaik ke-4 dunia.
Bagaimana kami di Gaza bisa bertempur melawan pasukan sebesar itu? Jadi menunjukkan bahwa yang terjadi di Gaza adalah perang, itu tidak adil. Ini adalah pembantaian oleh pasukan yang sangat canggih dari negara Israel, melawan populasi sipil, yang bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya. Tidak ada cukup air di Gaza, pasokan listrik tidak memadai, bahkan warganya tidak bebas untuk keluar masuk dari tepi Barat ke Gaza. Mereka semua hidup dalam kondisi yang sangat berat, ditambah lagi aksi militer.
Kemarin saya berbicara dengan mereka di telepon, dan mereka bilang mereka bahkan tidak bisa tidur. Karena serangan udara ini tidak berhenti. Mereka bilang rumah mereka seperti terkena gempa bumi, barang-barang berserakan, kaca pecah di lantai, meskipun bom tidak mengenai rumah mereka. Tragedi kemanusiaannya adalah mereka tidak punya pasokan makanan dan air yang cukup. Kehidupan sehari-hari mereka terhenti selama seminggu penuh.
Kamera tidak bisa menangkap ini, media tidak bisa menangkap ini. Karena ini membuat seluruh warga Gaza hidup di bawah belas kasihan siapapun yang datang untuk membantu.
Gaza jadi berita saat serangan seperti ini terjadi. Di saat lain, seakan jadi tidak penting. Anda bisa berikan gambaran bagaimana kehidupan sehari-hari di Gaza?
Sayangnya, seluruh dunia memperlakukan Gaza dengan tidak adil. Salah satunya adalah dengan menggambarkan Gaza sebagai tanahnya Hamas. Dimana penuh teroris, tentara sipil, roket, bangsa yang ingin menghancurkan bangsa Yahudi dan membinasakan Israel. Ini semua gambaran yang diberikan tentang Gaza.
Sayangnya, beberapa negara menganggap ini benar, dan menyebarkannya demikian.
Hamas hanyalah sebuah organisasi politis yang memenangkan pemilu di tahun 2006. Selain Hamas, ada 13 organisasi politik lain di Gaza. Merekapun punya sistim milisi sendiri, tetapi bukan tentara professional. Seluruh Gaza sudah dikuasai. Kami tidak memiliki perdagangan dengan bagian dunia manapun. Kami tidak punya pelabuhan ataupun lapangan terbang. Kami hanya memiliki perbatasan Rafah dan terowongan bawah tanah.
Jadi bayangkan, dari mana pula kami bisa mendapatkan persenjataan militer yang canggih? Tidak ada. Yang mungkin ada hanyalah persenjataan lokal yang sederhana, dan sangat primitif. Tidak bisa membunuh atau melukai siapapun. Kami akui, terkadang kami menembak ke arah mereka, tetapi itu murni untuk membela diri. Mana mungkin warga Gaza mau bunuh diri dan menerima keadaan yang buruk tanpa mencoba melawan. Tentu ada perlawanan, tetapi apakah sebanding dengan apa yang akan diterima? Tentu saja tidak. Kami hanya mencoba membela diri, dengan cara apapun yang tersedia.
Jadi kekuatan dari kedua pihak dalam konflik ini tidak seimbang. Tidak adil bila masyarakat berpikir kondisi ini seperti Afghanistan, atau pihak manapun, yang ingin membahayakan Israel.
Bagaimana mungkin kami mau membahayakan Israel? Listrik yang kami butuhkan datangnya dari Israel. Obat-obatan yang kami butuhkan, datangnya dari Israel. Makanan yang kami beli untuk Gaza juga datang dari Israel. Bagaimana mungkin kami ingin membahayakan Israel? Sudah berapa orang yang terbunuh dalam lima tahun terakhir? Tidak ada alasan.
Izinkan saya mundur sedikit, latar belakang dari agresi ini adalah kegagalan dari proses pendamaian. Semua tahu bahwa Otoritas Palestina selama ini mencoba melakukan pembicaraan damai dengan Israel untuk menyepakati perdamaian yang permanen. Karena inti dari konflik ini adalah okupansi militer yang dilakukan Israel sejak 1967. Seluruh dunia mengatakan bahwa solusinya adalah menciptakan dua negara yang hidup damai berdampingan. Ada beberapa kendala, pertama adalah dimana batas negaranya? Kami mengatakan batas negaranya mengikuti kondisi tahun 1967, sebelum Israel mengokupansi wilayah itu. Menurut batasan ini, Palestina adalah Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem. Itu basis fundamental dari kesepakatan damai. Namun meski diterima seluruh dunia, Israel menolak mengakui batasan ini.
(John) Kerry (Menlu AS) sudah memberikan dukungan luar biasa, dengan negosiasi berkelanjutan selama sembilan bulan, tetapi tidak menemukan kesepakatan. Sementara itu, Israel terus membangun permukiman di Tepi Barat. Ini sebenarnya tujuan utama Israel. Tujuan utama Israel bukan di Gaza, tetapi membangun permukiman di Jerusalem dan di Tepi Barat. Jadi mereka ingin mengalihkan seluruh perhatian dunia ke Gaza, daripada membicarakan tentang pembangunan permukiman mereka di tanah yang dirampas di Tepi Barat. Jadi, selama pendudukan ini terus terjadi, lingkaran kekerasan akan terus berulang.
Mengapa mereka menyerang Gaza? Karena kami juga telah mencapai rekonsiliasi damai antara Hamas dan Fatah. Saat ini, tidak ada pemisahan lagi di Palestina. Hanya ada satu pemerintahan, satu presiden, dan satu institusi di Palestina, beserta berbagai partai politik, yang akan bersiap menghadapi pemilihan umum pada Januari untuk memilih anggota parlemen dan presiden. Kami mulai bersatu, dan ini yang tidak diterima oleh Israel. Mereka ingin menyerang Gaza dan mencoba menganggap Hamas berbeda sendiri, menciptakan perang antara Israel dan Hamas saja. Ini adalah perang antara pasukan Israel melawan seluruh Palestina, bukan hanya Hamas, dan bukan hanya Gaza.
sumber : http://simomot.com/2014/07/16/dubes-palestina-tak-ada-perang-di-gaza-yang-ada-pembantaian/
Melihat banyak foto yang bertebaran di beranda FB dan berita-berita tentang Gza, tidakkah hati kita terketuk? Tidakkah ada sebaik doa saja yang kita berikan untuk mereka? Minimal kita aamiin-kan doa orang lain untuk Gaza. Doa-doa baik yang kita berikan untuk saudara kita di sana.
1. Lomba terbuka untuk umum, berisi doa atau kepedulian Anda untuk Gaza.
2. Penerimaan naskah dibuka dari tanggal 19 Juli sampai 3 Agustus 2014 (pukul 24:00 WIB).
3. Membagikan info lomba ini ke minimal 25 teman facebook.
4. Klik “suka” pada halaman facebook “AE Publishing” (https://www.facebook.com/ae.publising?fref=ts) dan bergabung menjadi anggota grup facebook “Antologi Es Campur" (https://www.facebook.com/groups/107270029373005/?fref=ts) dengan tujuan mempermudah para peserta untuk mengakses info lebih lanjut seputar lomba ini.
5. Naskah dalam bentuk CERPEN 2-3 halaman, PUISI 1-2 halaman. Biodata narasi max 50 kata di akhir doa. (Narasi, bukan seperti KTP)
6. Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak, elektronik/online, dan tidak sedang diikutsertakan dalam event lain.
7. Naskah diketik pada MS.Word kertas A4, font Time New Roman 12 pt, spasi 1.5 cm, dan batas margin normal.
8. Naskah yang telah memenuhi persyaratan di atas, dikirim ke email: ae.anisa@gmail.com (tulis subjek email dan nama file: #GAZA_ KATEGORI (PUISI/CERPEN)_Judul_NamaPenulis). Jangan menyepelekan masalah subyek nama file karena untuk mempermudah PJ mendata.
9. Kirim tulisanmu dalam bentuk lampiran. Badan email dibiarkan kosong.
10. Peserta hanya boleh mengirimkan dua karya terbaiknya di tiap kategori.
11. Baca dengan telilti syarat dan ketentuannya, ya? Jangan sampai menanyakan apa yang sudah tertulis dengan jelas.
Hasil event akan diumumkan secepatnya. :)
Seluruh naskah terpilih akan dibukukan dan kontributor berhak mendapatkan diskon 10% saat order buku terbit serta voucher penerbitan 100 ribu (bisa untuk paket mandiri) yang berlaku selama 1 bulan. Royalti akan disumbangkan untuk Gaza.
Wassalam
Anisa AE
#NB : Tidak menerima inbox tentang lomba ini. Jika ada pertanyaan, bisa di FP AE, grup ECA, atau wall. Bukan inbox, ya?