Story By: Yuyun Sukarsih
Mengenakan gaun biru gelap dan rambut ikal yang
dibiarkan terurai. Juga tanpa kacamata. Ia memberanikan diri memakai lensa
kotak. Tepatnya hanya malam ini. Malam yang mungkin jadi malam pertama juga
terakhir ia berdandan seperti ini.
Di hari pertunangan Dimas dan Sela, sepupunya.
Sungguh. Milea harus mengumpulkan
setumpuk keberanian untuk bisa berdiri di pesta ini. Dimas, sahabat sejak kecil
itu, akan menikah dengan sepupu Milea. Padahal, Milea lah yang selalu ada
untuknya.
Milea merasa dirinya semakin
kaku saat Dimas mulai mendekat. Jantungnya mendadak tak beraturan. Akankah
Dimas melihat penampilannya?
"Terima kasih sudah
datang, Mil. Kau tahu, Sela sangat cantik ketika memakai gaun yang kau pilihkan
hari itu."
Deg!
Seperti ada ribuan batu yang menimpa dari atas. Pengap. Milea tersenyum pahit,
lalu Dimas beranjak pergi.
Sungguh, kenapa cinta selalu menyakitkan. Bahkan, Dimas tak meliriknya
sedikitpun.
Milea meraba dadanya yang sesak. Ia mencoba mengendalikan diri agar tidak
menangis hari ini. Ya, setidaknya hari ini, jangan menangis. Karena, selama
apapun rasa ini menjalar, pengorbanan ini takkan pernah dihargai, bukan?
"Aku menyerah. Karena,
tanpa aku pun, kau akan baik-baik saja, bukan?" ucapnya lirih.
Singkawang, 17 November
Tentang Penulis:
Namaku Yuyun Sukarsih. Berasal dari Singkawang, Kalimantan Barat 19 tahun yang lalu. Bisa dihubungi lewat akun FB: Yuyun Sukarsih.