|
Detail Buku:
Judul : Alitheia
Pengarang : Ananda, Dkk
Ukuran :
A5
Tebal : vi + 153 halaman
Harga :
35.000
PEMESANAN :
Ketik: ALITHEIA# NAMA
LENGKAP # ALAMAT LENGKAP # JUMLAH # NO TELP
Kirim ke : 085103414877 / 0341-2414877
SINOPSIS:
Deg. Separuh nyawaku berhenti seketika mendengar ucapan
orang tua Leon bahwa ia sudah tidak ada di dunia ini lagi. Aku seperti tidak
percaya dengan semua ini. Aku hanya terdiam dan lemah tak berdaya lagi. Seperti
daun yang jatuh dan hanya pasrah tertiup angin. Orang tuanya menceritakan semua
kejadian yang dialami oleh Leon pada waktu itu. (353)
“Ada dua kemungkinan wanita menatap pria. Yang pertama
adalah dia jatuh cinta padamu dan yang kedua ada sesuatu di wajahmu. Tempeli
sesuatu di wajahmu, pergilah dan coba lagi. Jika dia orangnya baik, dia akan
menghampirimu dan berbicara padamu. In kesempatan emasmu. Tapi lebih baik
perunggu atau logam biasa dulu, kalau berhasil ganti dengan yang emas.”
“Briliant! Terima kasih, aku akan mencobanya.” Ucapnya riang sambil berlalu
pergi. Mungkin aku terlihat seperti air tenang menghanyutkan. Tetapi sebenarnya
tidak. Air yang tenang tidak bisa menghanyutkan. Yang benar adalah air tenang
menenggelamkan. Sebenarnya kurang benar juga, karena tidak berlaku bagi orang
yang bisa berenang. Tetapi meskipun tak bisa berenang mungkin nantinya akan
mengambang. (Alitheia)
Aku ingat sekitar tiga belas tahun yang lalu, saat ayah
masih menajdi pegawai di sebuah took, dengan gaji yang pas-pasan. Saat itu kami
bertiga, aku, ayah, dan bunda masih tinggal di rumah sederhana. Aku sangat
dekat dengan ayah. Setiap hari libur, ayah selalu mengajakku refreshing. Entah
hanya sekadar memancing, atau bahkan hanya berkeliling kota saja. Bagiku itu
sudah sangat menyenangkan. Salah satu yang juga aku rindukan adalah ketika kami
sholat berjamaah bertiga, dengan ayah sebagai imamnya. Hal yang tidak pernah
kami lakukan lagi, sejak ayah mulai sibuk dengan perusahaan yang berhasil
dibangunnya sendiri. Aku berharap kedekatan kami berdua bukanlah suatu hal yang
sementara. Karena ayah memang mengambil cuti selama satu minggu, maka keadaan
juga kembalu seperti semula. (Dua Rakaat Bersama Ayah)