|
Detail Buku:
Judul
:
MUTASI GENETIK
Pengarang :
Mahasiswa Sastra Universitas Airlangga
Ukuran :
14 cm x 20 cm
Tebal
: xii + 101
halaman
ISBN : 978-602-7748-10-1
Harga :
31.000
CARA PEMESANAN :
Ketik: MG # NAMA LENGKAP # ALAMAT
LENGKAP # JUMLAH # NO TELP
Kirim ke : 082333535560
Nanti Anda akan mendapatkan SMS No.Rek dan jumlah yang harus
dibayarkan.
Sinopsis :
Antologi ini memuat puisi dan
cerpen mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Airlangga yang diprakarsai oleh
Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Airlangga. Ditulis oleh dari
berbagai angkatan yang menghasilkan dua puluh enam Puisi dan empat cerpen yang
berbicara tentang Indonesia, antologi ini hadir sebagai proses belajar
mahasiswa sastra yang diharapkan dapat membawa angin segar dalam dunia Sastra
Indonesia.
Sebagaimana judul kumpulan ini yang
saya pilih, saya pun berikhtiar memahami karya kawan-kawan itu sebagai hasil
pergulatan dari sebuah masa yang memiliki élan zamannya sendiri. Mereka lahir
dan berproses ketika standar sastra ‘runtuh’, dan media telah menjanjikan
begitu melimpah ruang untuk ekspresi dan
eksperimentasi. Kiranya, ini bukan saja menimbulkan berkah semata, tetapi juga
persoalan bagi kita bersama. Fenomena ini menyimpan bumerang, semacam pisau
bermata dua.
(Mashuri - Alumni Sastra Indonesia Universitas Airlangga,
Sastrawan)
Apa yang menggembirakan dari
keempat cerpen tersebut adalah keberanian para penulisnya untuk berkarya,
apapun dan bagaimanapun kualitas karya tersebut. Setidak-tidaknya, keberanian
dalam menulis dan mempublikasikan karya adalah suatu upaya positif dan produktif.
Disebut positif sebab menulis, khususnya menulis sastra, boleh jadi adalah
upaya aktualisasi diri yang ampuh untuk memuntahkan kegalauan diri akan hal-hal
yang hidup dan dihidupi seharu-hari.
(KY Karnanta – Alumni Sastra Indonesia Universitas
Airlangga)
Puisi-puisi yang menghadirkan
kekinian Indonesia ternyata bergerak di atas matra yang sama, sosok di baliknya
pun berdasarkan kata demi kata, frasa demi frasa, dan kalimat demi kalimat
ternyata juga saling meminjam kacamata atau teropong bahkan mungkin menggunakan
sepasang netra yang sama sehingga yang mereka lihat pun adalah hal yang sama.
Melalui puisi-puisi tersebut, Indonesia hadir sepenuhnya ragawi dengan kondisi
koyak-moyak.
(Bramantio, M.Hum – Dosen Sastra Indonesia Universitas
Airlangga)