A Flash True Story By: Firlia
Sekelumit Rindu Buat Ibu
This is my life story. Kala itu umurku masih sekitar
tiga tahun. Setiap pagi ia selalu menyiapkan sarapan yang penuh dengan ide-ide
kreatifnya.
Setelah memberiku
sarapan, ia mulai bekerja.Ibuku bekerja sebagai guru PAUD. Seingatku, dulu ia selalu
pergi ke rumah sebelah untuk mengajar anak-anak yang masih kecil. Sepulang bekerja, beliau selalu membawa buku-buku yang berisi tulisan yang menurutku aneh malahan
tak terbaca, Bagaimana tidak? Waktu itu kan aku belum bisa membaca. Hahaha .... Tapi, meskipun belum bisa membaca, aku sudah mengerti tulisan mana yang bagus dan
mana yang kurang bagus. Lalu, setiap sore, aku pasti diajak jalan-jalan sore. Seperti ke taman kota, kantor bupati (karena di sana ada rusa yang
boleh dikunjungi siapa pun), ikut beliau liqo’ (setiap hari sabtu). Saat malam tiba
ibu selalu membiasakanku untuk mengenal angka, huruf, warna, dan mengeja.Walaupun
ketika ditanya jawabanku selalu ngelantur.
Namun, suatu sore ibuku kedatangan tamu yang
mengundangnya untuk ikut pelatihan khusus guru PAUD. Ibuku harus mengikuti pelatihan
itu selama seminggu. Aku kira ibuku akan menolaknya, ternyata ibu menerimanya.
Setelah tamu itu pulang, Ibu segera mengemas keperluannya.
Melihat itu, aku pikir ibu akan pindah rumah. Lantas aku menangis sejadi-jadinya
dan langsung memeluk ibu dengan erat. Namun, ibuku menenangkanku. Aku pun tertidur pulas dengan mata yang masih sembab.
Keesokan harinya aku kehilangan sosok ibu. Aku mencarinya
ke seluruh bilik rumah. Aku bertanya pada kakak-kakaku di mana keberadaan ibu? Tapi
kakak-kakakku menjawab “Ibu pergi ke Jakarta.” Mendengar jawaban mataku langsung
berlinang dan akhirnya menangis sejadi-jadinya. Tak lama kemudian ayah datang menenangkanku
dengan memberiku dot berisi the manis. Aku langsung melempar dot itu sejauh-jauhnya. Bukan
teh yang kumau tapi ibu!
Aku selalu menunggu kepulangan ibu di depan pintu.
Setia pada yang datang aku selalu menanyankan keberadaan ibu atau kapan ibu pulang.
“Mana ibu Dinda?” atau, “Kapan ibu Dinda pulang ?”
tanyaku
Namun percuma, mereka menganggap remeh rinduku terhadap
ibu. Selama seminggu itu sarapan yang kumakan sangatlah monoton, kalau bukan nasi
goreng mungkin mie instan juga telur rebus atau telur dadar.Setiap malam aku hanya
disuguhkan tontonan televise oleh ayah dan kemudian dikelon tidur.Huhuhu, aku rindu
kamu ibu. Aku rindu senyummu, rindu sarapan darimu, rindu jalan-jalan sore
denganmu, rindu belajar denganmu, rindu dengan canda tawamu. Pokoknya aku rindu
semua tentang ibu.
Seminggu telah berlalu, ayahku bilang hari ini ibu akan
pulang. Betapa gembiranya aku mendengar kabar itu.Aku segera mandi lalu memilih
baju yang paling ibu favoritkan dan pergi ke rumah tetangga sebelahku untuk memintanya
menjalin rambut panjangku. Hari ini aku harus tampil cantik untuk menyambut kepulangan
ibu. Namun sampai waktu dzuhur tiba, ibu tak kunjung pulang. Aku langsung menangis
saat itu, tapi kakakku mengatakan bahwa sebentar lagi ibu pulang.
Dan ternyata benar sekali.Tak berapa lama ibu pulang
dan membawakan oleh-oleh eskrim. Aku langsung memeluk ibu dengan erat sambil memakan
es. Lalu aku bermanja dengannya.
“Ibu jangan tinggalin Dinda lagi ya,” pintaku, “aku rinduuu..banget
sama ibu.” lanjutku.
[Memori : 24 Januari 2006]
Biodata Penulis:
Namaku Firlia Prames Widari. Aku dilahirkan di
Kediri pada 27 September 2002.Rumahku beralamatkan di Jln. M. Jun, Kecamatan Pasar
Sejantung, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Sekarang statusku pelajar di
SMPITKU CURUP, kelas IX Rumaisha. Jika ingin berkritik dan saran boleh mengirimkannya
lewat Facebook “Firlia Prameswidari” atau via e-mail di dyahpramesya@gmail.com
No Hp: 085378691095